Trail Riding ke Geopark Ciletuh (Bagian 1)
Empat motor yang sama. Spirit yang sama. Senang jalan jauh kemana-mana. Keempatnya sama-sama pengguna Kawasaki KLX dari tiga kelahiran yang berbeda. Kawasaki KLX 150S, KLX 150L dan KLX 150BF.
Kami sudah merancang perjalanan ini jauh-jauh hari. Tujuan kami adalah Geopark Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ciletuh pada saat ini merupakan destinasi wisata yang sedang naik daun di kawasan Jabar. Menawarkan wisata alam berupa pegunungan, pantai, hamparan batu karang dan bebatuan tua dan lebih dari 8 air terjun. Geopark ini terletak di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, dekat dengan Jampang Kulon.
Bagi kami, Geopark Ciletuh ini sangat menarik untuk dijelajahi dengan motor trail. Medan jalannya menantang; twisty, pegunungan dan lembah, hutan serta beragam permukaan jalan. Dari mulai aspal mulus sampai berbatu bercampur dengan lumpur kental.
Kami berempat berangkat dari Jakarta pada Jumat malam pukul 23.00 WIB, selepas pulang kantor. Kami sudah menyepakati titik pertemuan di daerah Margonda, Depok. Salah satu rekan kami, Tomi, sudah berangkat duluan dan menunggu di daerah Bogor. Padahal, kalau dirasa-rasa, kami sebetulnya masih penat luar biasa karena aktivitas seharian di hari Jumat. Namun menjelang berangkat, rasa itu seperti hilang.
Selepas mengisi perut di Margonda, kami bertiga – Eka, Raju dan Bang Chalil – berangkat menuju Cibadak. Jam menunjukkan 01:00 WIB dinihari. Kami mengambil rute Jalan Raya Bogor untuk menuju lokasi regrouping di kawasan Lido untuk bertemu dengan Tomi.
Dengan ban dual purpose, KLX 150L Bang Chalil melesat kencang. Raju dengan KLX 150BF memakai ban off-road pabrikan 18 inci belakang dan 21 inci depan menyusul di belakang. Saya dengan KLX 150S lansiran 2014 agak kedodoran karena memakai ban off-road yang ‘kembangnya’ menyulitkan motor untuk menikung.
[gallery size="medium" columns="2" ids="9402,9390">
Sampai di Lido, kami istirahat sebentar. Minum kopi sambil membicarakan rute yang bakal ditempuh. Kami sepakat menuju Pelabuhan Ratu lewat Jalan Cikidang meskipun sudah dinihari. Jalan Raya Sukabumi yang menghubungkan Ciawi dengan Cibadak sepi. Hanya sesekali truk besar lewat. Dengan traffic yang lengang, kami menjadi lebih cepat sampai ke Jalan Pamuruyan – Leuweung Datar atau lebih beken disebut Jalan Cikidang.
Kondisi Cikidang malah lebih sepi lagi dengan jalanan yang lebih kecil. Melewati perkebunan kelapa sawit dan hutan-hutan kecil di sepanjang jalan menembus gelapnya malam, menjadi sensasi tersendiri. Hanya cahaya lampu motor kami yang menjadi penerang. Hanya sesekali kami berselisih jalan dengan rombongan sepeda motor atau mobil.
Jujur baru kali ini saya melewati Cikidang dinihari karena kalau saya ke Pelabuhan Ratu malam hari, saya lebih memilih jalanan lama. Jalanan yang twisty dengan pola S kecil di sepanjang Cikidang menyulitkan ban off-road saya untuk berbelok. Harus pelan-pelan pada saat masuk tikungan, lalu mengerem sedikit di tengah tikungan, menekuk stang kemudi sedikit agar posisinya tepat untuk memberi sedikit tambahan gas.
[gallery columns="2" size="medium" ids="9400,9401">
Beberapa kali saya overshoot karena kewalahan harus mengejar tiga rekan saya di depan. Apalagi KLX 150 Chalil dan Tomi dengan ban All Terrain membuat mereka bisa melesat bebas.
Saya sengaja memakai ban off-road dengan pikiran akan lebih unggul di jalanan berlumpur, yang nantinya akan kami rasakan dari kawasan Ciletuh menuju Puncak Darma. Atau pun di jalanan berbatu berselimut pasir dari Pelabuhan Ratu menuju Ciletuh. Tapi disitulah justru sensasinya. Di sepanjang jalan Cikidang saya harus menurunkan kaki kiri jika tikungan ke kiri atau pun sebaliknya untuk menjaga kestabilan sehingga tambahan gas dapat diberikan lebih awal saat di tengah tikungan.
Kalau dirasa ban depan tidak mau membelok padahal setang sudah ditekuk, saya beri input sedikit lagi dengan hentakan agak kasar. Badan lebih direbahkan sedikit dengan posisi kaki tetap turun. Namun ketika membelok ke kanan, saya jarang menurunkan kaki kanan karena saya harus memberi input rem belakang agar motor tetap stabil.
[gallery columns="2" size="medium" ids="9388,9395">
Raju dengan Kawasaki KLX 150BF lansiran teranyar juga mengalami hal yang nyaris sama. Cuma ban standar bawaan pabrik lebih stabil, membuatnya bisa mengimbangi ban dual purposes yang dipakai Tomi dan Chalil. Raju juga bisa lebih kencang baik di tikungan kurva kecil atau pun besar. Saya yang kedodoran di belakang seperti dikejar ‘hantu’, mana di bagian belakang saya gelap gulita.
Mendekati kota kecil Pelabuhan Ratu, terdengar adzan Subuh. Kami memilih istirahat di sebuah SPBU di Batu Sapi, Jl. Jend. Ahmad Yani, Pelabuhan Ratu, sambil menunggu pagi tiba. “Bro, kalau istirahat di hotel, nanggung banget. Kita mesti bangun pagi. Takutnya lagi bablas. Kita istirahat di SPBU aja,” ujar Chalil yang diamini oleh kami bertiga
Tak mungkin kami langsung lanjut ke Ciletuh karena terlalu lelah dan ngantuk. Kami belum tidur dari kemarin. Saking ngantuknya, begitu menyentuh lantai mushola SPBU, kami langsung tepar. Body protector dan jaket melindungi tubuh saya dari dinginnya lantai keramik tempat saya tidur.
EKA ZULKARNAIN
Berita Terkait:
Kawasaki KLX 150BF, Si Penjelajah Serba Bisa
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test